RSS

Book Review: My Sister's Keeper


Judul Buku : My Sister's Keeper Penulis : Jodi Picould Penerbit : Washington Square PressTahun Terbit : 2005





My Sister's Keeper oleh Jodi Picould adalah sebuah novel tragis yang akan membuat siapa pun yang membacanya berpikir mengenai cinta dan etika dalam keluarga. Namun, sebelum Saya mereview novel ini lebih lanjut, marilah kita lihat sejenak kata-kata yang ditorehkan untuk menemani gambar sampul yang memberikan kesan “galau”.
“The only way to save your daughter is to sacrifice her sister. What would you do?”


Kalimat tersebut membuat Saya merenung. Apa sih yang akan Saya temukan dalam buku ini? Jujur, jika benar Saya harus dihadapkan pada hal tersebut, Saya akan sangat merasa bingung, sedih, dan marah. Ditambah, sebagai orang tua, apakah Saya boleh memilih anak mana yang paling Saya sukai? Kemudian, setelah mempersiapkan diri, Saya mulai memberanikan diri membaca novel ini.

My Sister's Keeper menceritakan tentang kehidupan keluarga Fitzgerald dengan tiga orang anaknya, Jess, Kate, dan Anna. Ketika Kate didiagnosa menderita leukemia langka saat usianya dua tahun, keluarga tersebut mulai berhadapan dengan masa depan. Ya, masa depan! Masa depan itu pun dihadirkan karena sebuah keputusan: membuat seorang anak lagi yang dirancang khusus untuk memberikan apa yang dibutuhkan Kate di masa depan.

Kedengarannya saja sudah sangat ironis. Orang tua macam apa yang mau melahirkan seorang anak hanya untuk menjadi suku cadang tambahan bila nantinya suku cadang anak mereka rusak. Lalu, yang semakin mempermainkan emosi Saya sebagai pembaca, Anna, begitulah ia disapa, mengetahui kalau keberadaannya di dunia hanyalah sebagai pabrik suku cadang bagi kakaknya.
“See, unlike the rest of the free world, I didn’t get here by accident. And if your parents have you for a reason then that reason better exist. Because once it’s gone, so are you.
Perasaan itulah yang kemudian membuat Anna berontak. Bayangkan saja, dari kecil ia sudah kehilangan kebebasan untuk melakukan hal yang disukainya hanya karena ia harus berada di rumah sakit untuk Kate. Dan, yang paling menyedihkan adalah ia harus berhadapan dengan jarum suntik sampai harus merasakan sakitnya prosedur penarikan sumsum tulang. Tak tahan lagi, Anna yang berusia 13 tahun mencari pengacara dan menuntut orang tuanya lewat jalur hukum. Ia menginginkan satu hal, hak atas tubuhnya sendiri. 

Suatu hal yang  menarik buat Saya adalah bahwa novel ini ditulis dari berbagai sudut pandang: sudut pandang Anna, Sarah, Brian, Jesse (kakak laki-laki Anna), Campbell (Pengacara Anna) dan Julia (the GED). Semakin menarik, narasi Kate hanya ada pada bagian akhir cerita dan narasi Sarah selalu diberikan dalam bentuk kilasan balik. Dengan banyaknya sudut pandang itu, kelebihan dari novel ini adalah kita dapat merasakan emosi setiap tokohnya melalui cerita mereka masing-masing. Sebagai contoh, ketika membaca dari sudut pandang Anna, Saya merasa sangat membenci Sarah dan mengerti mengapa Anna menuntut haknya. Sementara itu, dari narasi yang diberikan Sarah, Saya merasa sadar betapa sulitnya menyelamatkan semua anaknya, baik secara fisik maupun mental. 

Dari sudut pandang yang beranekaragam itu, pembaca akan dihadapkan pada putaran-putaran yang "membingungkan" namun membuat semakin penasaran. Misalnya, pada awal cerita situasinya terasa sangat jelas – bahwa Sarah salah dan Anna benar. Nah, semakin dalam membaca, rasanya Saya terombang-ambing dan semakin bingung siapa yang benar dan siapa yang salah. Lalu kemudian, Saya akan bertanya-tanya, bagaimanakah akhir dari kisah keluarga Fitzgerald ini?

Terakhir, My Sister's Keeper merupakan novel penuh konflik keluarga yang akan membuat pembacanya hanyut dalam berbagai emosi: sedih, kesal, dan terharu. Jujur, novel ini mebuat Saya berderai-derai air mata. Jadi, bila Anda berniat untuk membacanya, sebaiknya persiapkan peralatan tempur berupa tissue atau sapu tangan.

0 comments:

Post a Comment